Minggu, 09 Oktober 2011

Kepada Eve.,Dari Adam.,


Kita duduk di sudut cafe pada rembang petang itu
Tapi tak dapat ku ingat apa yang kita bicarakan
kita sesap cairan dari cangkir putih ukiran naga
tapi tak dapat ku ingat fluida apa yang kita minum
tapi tak dapat kuingat baju apa yang kau pakai
dan berapa buah anting-anting yang melekat pada daun telingamu

Kita berbaring di sebuah kasur mewah di sudut ruang hotel bintang lima
tapi tak dapat ku ingat pukul berapa saat itu
kau genggam jemariku erat sambil berayu-rayu tentang rasa tak terkata
tapi tak dapat ku ingat kalimat yang kau lontarkan
kau peluhkan aku dengan keringatmu
tapi tak dapat kuingat apa yang kita lakukan
kau liatkan tubuh tanahmu ke jemariku
tapi tak dapat ku ingat jenismu.,
Lempung?
aku tak pasti

Seharusnya itu jadi malam terindahku, Eve.,
tapi selalu aku pertanyakan apa yang kita lakukan
karena tak secuil memoripun yang melekat padaku akan malam yang dibaui oleh hujan
kecuali wajah vaginamu.,

Sabtu, 08 Oktober 2011

Cantik itu.,

“Tadi aku jumpa Mister Rino”  sahut Hawa , tiba-tiba membelokkan pembicaraan setelah hampir kurang dari 2 jam berceloteh kepadaku tentang pria idamannya yang selalu diceritakannya padaku setiap aku berjumpa dia. Maklumlah, kebutuhan akan perhatian dari seorang pria pada usia-usia kepala dua dan perpaduan jatuh cinta membuatnya tak bisa berhenti berbagi kisah manisnya itu.

“Wa, kamu sekarang kok enak diliat yah” kata Hawa menirukan pertanyaan Rino setelah terdiam  beberapa saat, membaca sms dari pujaan hati.

“Maksudnya?” aku mengernyitkan kening. Tak mampu menangkap maksud dari pujian dari sang kawannya itu, yang sebenarnya juga adalah kawanku.

“Awalnya aku juga gak ngerti. Makanya habis dia bilang begitu aku langsung mencak-mencaklah, maksudnya apa Mister? Jadi selama ini aku terlihat gimana?” suaranya meningkat beberapa oktaf ketika mengulang perkataan yang diucapkan kepada sang Mister. Rupanya dia tidak menganggap itu adalah sebuah pujian, tapi ejekan. Hahahah.

“Bukan gitu, dulu kamu terlihat biasa-biasa aja. Sekarang kalau dilihat lain agak beda-beda gimana gitu. Enaklah kalau dilihat. Lebih rapi. Lebih feminim. Lebih cantik” sang kawan menjelaskan.

Aku terdiam, ohho.,aku menemukan lagi sebuah standar kecantikan baru dari sudut pandang seorang pria. Berpakaian kewanita-wanitaan akan membuatmu terlihat cantik, Kawan. Memang baru beberapa minggu lalu Hawa menerima kiriman baju-bajunya dari Jakarta yang dimaksudkan untuk memperbaiki penampilannya saat bekerja. Baju-baju yang tidak masuk dalam daftar untuk ku kenakan karena terlihat ribet, sangat perempuan, berenda-renda, dan full berkancing depan (seperti hem-hem pada umumnyalah).

Adalah alamiah bahwa wanita menyukai pujian, sanjungan tentang betapa cantiknya sang wanita akan lebih mengena daripada hanya memberikan seuntai emas di lehernya tanpa mengungkapkan bahwa dia terlihat secantik Julia Robert. Namun melakukan keduanya tentu saja merupakan paduan yang sempurna.

Jadi aku dan beberapa wanita Indonesia yang berkulit hitam, berambut tidak lurus (untungnya aku menyembunyikan rambutku di bawah scarf yang selalu aku gunakan, jadi jeleknya tidak terlihat. Heheheheh)  dan tomboy yang sudah tidak termasuk dalam standar kecantikan bertambah mempunyai nilai minus karena tidak suka memakai baju renda-renda, berbunga-bunga yang berbau sangat keperempuanan itu.

Ahhh.,betapa susahnya hanya untuk menjadi cantik di negeri ini.


*) Nama disamarkan atas permintaan kawanku, maaf kalau namanya gak keren-keren banget ya.,:)